selamat datang di blog kami.... semoga bermanfaat.

Selasa, 14 Juni 2011

Tiga Macam Amal yang harus dibarengi tiga amal lainnya

ويقال ثلاث آيات نزلت مقرونة بثلاث لا يقبل اللَّه واحدة منهن بغير قرينتها. أوّلها: قوله تعالى {وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ} فمن صلى ولم يؤد الزكاة لم تقبل منه الصلاة والثاني قوله تعالى: {وَأَطِيعُوا اللَّه وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ} فمن أطاع اللَّه ولم يطع الرسول لم يقبل منه. والثالث قوله تعالى: {أَنْ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيرُ} فمن شكر اللَّه ولم يشكر لوالديه لم يقبل منه.

Diriwayatkan bahwa ada tiga ayat yang diturunkan bergandengan dengan tiga hal. Tidak diterima tiga hal itu tanpa dibarengi dengan hal yang bergandengan dengannya.

Yang pertama adalah firman Allâh Ta'ala :

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

"Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat."

Di dalam Al Qur’an disebutkan 27 kali diantaranya: (QS. Al-Baqarah (2 ): 43, 83, 110 ; An-Nisa'(4) : 77 ; Al-Hajj (22) : 78 ; Al-Mujadilah(58) : 13 dan Al-Muzzammil(73) : 20)



Barang siapa yang rnengerjakan shalat, akan tetapi ia tidak menunaikan zakat, maka salatnya tidak akan diterima.



Yang kedua adalah firman Allâh Ta'ala :

وَأَطِيعُوا اللَّه وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ

"Taatilah Allâh dan taatilah Rasul (Muhammad)."



Di dalam Al Qur’an ada 5 kali: (QS. An-Nisa' (4) : 59 ; Al-Mai'dah (5) : 92 ; An-Nur(24) : 54 ; Muhammad (47) : 33 dan At-Taghabun (64) : 12)



Barang siapa yang taat kepada Allah, akan tetapi ia tidak taat kepada

Rasul, maka ketaatannya kepada Allâh tidak akan diterima.



Yang ketiga adalah firman Allâh Ta'ala :

أَنْ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيرُ

"Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu."

(QS. Luqman (31) : 14)

Barang siapa yang bersyukur kepada Allâh, akan tetapi ia tidak bersyukur kepada'dua orang tuanya, maka syukurnya kepada Allâh tidak akan diterima.



والدليل على ذلك ما روي عن رسول اللَّه قال "إن لعنة الوالدين تبتر: أي تقطع. أصل ولدهما إذا عقهما فمن أرضى والديه فقد أرضى خالقه ومن أسخط والديه فقد أسخط خالقه ومن أدرك والديه أو أحدهما فلم يبرهما فدخل النار فأبعده الله"



Yang menjadi dalil atas hal yang demikian itu adalah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah saw, di mana beliau bersabda :

"Sesungguhnya kutukan dua orang tua itu memutuskan asal anak kedua orang tua itu apabila anak itu durhaka kepada keduanya. Barang siapa yang merasa senang kepada dua orang tuanya, maka berarti ia merasa senang kepada Dzat Penciptanya; dan barang siapa yang merasa marah kepada dua orang tuanya, maka berarti ia merasa marah kepada Dzat Penciptanya. Barang siapa yang mendapatkan dua orang tuanya atau salah satu di antara keduanya, kemudian ia tidak berbuat baik kepada keduanya, maka ia masuk neraka, lantas Allâh menjauhkannya (dari rahmat-Nya)."

وسئل النبي صلى اللَّه عليه وسلم " أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ قال الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ثُمَّ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ".

Nabi saw pemah ditanya: "Apakah amal perbuatan yang paling utama itu?" Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya, kemudian berbuat baik kepada dua orang tua, kemudian berjuang pada jalan Allâh."

وعن فرقد السيخي قال: قرأت في بعض الكتب: إنه لا ينبغي للولد أن يتكلم إذا شهد والديه إلاّ بإذنهما، لا يمشي ببين يديهما ولا عن يمينهما ولا عن شمالهما إلاّ أن يدعواه فيجيبهما، ولكن يمشي خلفهما كما يمشي العبد خلف مولاه.

Dari Farqad As-Siji, di mana ia berkata : "Saya membaca di dalam sebagian kitab bahwasanya seorang anak tidak pantas untuk berbicara di depan ibu bapaknya, kecuali atas izin dari keduanya. Ia tidak pantas untuk bejalan di depan, di samping kanan atau kirinya, kecuali bila kedua orang tuanya memanggilnya lantas ia memenuhi panggilan itu. Ia harus berjalan di belakang kedua orang tuanya, sebagaimana seorang budak berjalan di belakang tuannya".

وذكر أن رجلاً جاء إلى النبي صلى اللَّه عليه وسلم فقال يا رسول اللَّه إن أمي خرفت عندي وأنا أطعمها بيدي وأسقيها وأوضئها وأحملها على عاتقي فهل جازيتها؟ قال لا ولا واحدة من مائة ولكنك قد أحسنت والله يثيبك على القليل كثيراً"

Diceritakan bahwa ada seseorang datang kepada Nabi saw lantas berkata: "Wahai Rasulullâh, sesungguhnya ibuku mengigau di tempatku, kemudian aku memberinya makan dan minum dengan tanganku, serta aku mewudhuinya dan mengangkatnya di atas bahuku, maka apakah (yang demikian itu) berarti aku membalasnya?" Beliau bersabda : "Belum, belum satu persen pun. Akan tetapi kamu telah berbuat baik, dan Allâh akan memberi pahala yang banyak terhadap amalmu ynng sedikit itu".



وروى هشام ابن عروة عن أبيه قال: مكتوب في الحكمة ملعون من لعن أباه ملعون من لعن أمه ملعون من صدّ عن السبيل أو أضل الأعمى عن الطريق، ملعون من ذبح بغير اسم اللَّه ملعون من غير تخوم الأرض يعني الحد الذي بين أرضه وأرض غيره

Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari ayahnya, di mana ia berkata : Tertulis di dalam hikmah:

"1-Terkutuklah orang yang mengutuk ayahnya. 2-Terkutuklah orang yang mengutuk ibunya. 3-Terkutuklah orang yang menjauhkan diri dari jalan yang benar, atau orang yang menyesatkan jalan terhadap orang yang buta. 4-Terkutuklah orang yang menyembelih binatang dengan tidak menyebut nama Allâh. 5-Terkutuklah orang yang merubah batas-batas tanah.

ومعنى قوله لعن أباه ولعن أمه يعني عمل عملاً يلعن به أبواه فيصير كأنه هو الذي لعنهما. وروي عن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم أنه قال "إن من أكبر الذنب أن يسب الرجل والديه قيل وكيف يسب والديه؟ قال يسب أبا الرجل فيسب أباه ويسب أمه"

Yang dimaksud dengan seseorang mengutuk ayahnya atau mengutuk ibunya adalah seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang menjadikan ayah atau ibunya dikutuk oleh orang lain; sehingga seolah-olah ia mengutuk langsung ayah atau ibunya.



Diriwayatkan dari Rasulullâh saw, di mana beliau bersabda :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الذَّنْبِ أَنْ يَسُبَّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالُوا وَكَيْفَ يَسُبُّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ

Dari Abdillâh bin Amr رضي الله عنهم dari Nabi saw beliau berkata "Sesungguhnya di antara dosa besar adalah bila seseorang mencaci maki kedua orang tuanya". Ditanyakan (kepada beliau) : "Bagaimanakah seseorang mencaci maki kedua orang tuanya?" Beliau bersabda : "Seseorang mencaci maki ayah orang lain, maka orang lain itu mencaci maki ayahnya; ia mencaci maki ibu orang lain, maka orang lain mencaci maki ibunya".(Musnad Ahmad)



ويقال للوالدين على الولد عشرة حقوق.

أحدها: أنه إذا احتاج إلى الطعام أطعمه.

والثاني إذا احتاج إلى الكسوة كساه إن قدر عليه، وهكذا روى عن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم في تفسير

قوله تعالى {وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً} فقال المصاحبة بالمعروف أن يطعمهما إذا جاعا ويكسوهما إذا عريا.

والثالث إذا احتاج أحدهما إلى خدمته خدمه.

والرابع إذا دعاه أجابه وحضره.

والخامس إذا أمره بأمر أطاعه ما لم يأمر بالمعصية والغيبة.

والسادس أن يتكلم معه باللين ولا يتكلم معه بالكلام الغليظ.

والسابع أن لا يدعوه باسمه.

والثامن أن يمشي خلفه.

والتاسع أن يرضى له ما يرضى لنفسه ويكره له ما يكره لنفسه.

والعاشر أن يدعو له بالمغفرة كلما يدعو لنفسه

Dikatakan bahwa kedua orang tua itu mempunyai 10 hak dari anaknya, yaitu :

1. Apabila orang tua membutuhkan makanan, maka anaknya harus memberikan makanan kepadanya.

2. Apabila orang tua membutuhkan pakaian, maka anaknya harus memberikan pakaian kepadanya apabila anaknya mampu untuk memberikannya.

3. Apabila orang tua membutuhkan pelayanan, maka anaknya harus melayaninya.

4. Apabila orang tua memanggil anaknya, maka anaknya harus menjawab dan datang kepadanya.

5. Apabila orang tua memerintahkan sesuatu, maka anaknya harus mematuhinya selama tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat dan menggunjing.

6. Anak harus berbicara dengan sopan dan lemah lembut, tidak boleh berbicara kasar kepada orang tuanya.

7. Anak tidak boleh memanggil nama orang tuanya.

8. Anak harus berjalan di belakang orang tuanya.

9. Anak harus membuat kesenangan kepada orang tuanya sebagaimana ia membuat kesenangan kepada dirinya sendiri, dan menjauhkan segala apa yang dibenci oleh orang tuanya, sebagaimana ia menjauhkan diri dari apa yang dibenci oleh dirinya sendiri.

10. Anak harus memohonkan ampun untuk kedua orang tuanya kepada Allâh selama ia berdoa untuk dirinya sendiri.

Allâh menceritakan tentang Nabi Nuh عليه السلام, di mana ia berdoa :

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا (26) إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا (27) رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا (28)



Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.

Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". QS Nuh (71):26-28

Demikian pula doa Nabi Ibrahim عليه السلام :

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

"Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)." (QS. Ibrahim (14): 40 - 41)

وروى عن بعض الصحابة رضي اللَّه تعالى عنه أنه قال: ترك الدعاء للوالدين يضيق العيش عن الولد، وهل يمكنه أن يرضيهما بعد وفاتهما؟ قيل له بلى يرضيهما بثلاثة أشياء. أولهما أن يكون الولد صالحاً في نفسه لأنه لا يكون شيء أحب إليهما من صلاحه. والثاني أن يصل قرابتهما وأصدقائهما. والثالث أن يستغفر لهما ويدعو لهما ويتصدق عنهما.

Diriwayatkan dari sementara sahabat رضي الله عنهم, bahwasanya ia berkata : "Meninggalkan doa kepada dua orang tua itu menyebabkan sempitnya rezeki bagi si anak". Apakah mungkin seseorang dapat menyenangkan kedua orang tua setelah keduanya meninggal dunia? Dikatakan kepadanya : Ya, ia dapat menyenangkan kedua orang tuanya dengan tiga hal, yaitu :

1. Ia sendiri menjadi anak yang shalih, karena menjadi anak yang shalih itu adalah sesuatu yang paling disenangi oleh kedua orang tuanya;

2. Ia mempererat tali persaudaraan dengan kerabat dan kenalan orang tuanya;

3. Ia memohonkan ampun dan mendoakan kedua orang tuanya, serta bershadaqah untuk keduanya.

Al-'Ala' bin Abdur Rahman meriwayatkan dari ayahnya dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwasanya Nabi saw bersabda : "Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga, yaitu : shadaqah jariyah, ilmu yang dapat diambil manfaatnya, dan anak shalih yang memohonkan ampun untuknya."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda : "Janganlah kamu memutuskan orang yang dulunya biasa dihubungi oleh ayahmu, karena yang demikian itu bisa memadamkan cahayamu, karena sesungguhnya kasih sayangmu adalah kasih sayang ayahmu."

Disebutkan bahwasanya ada seseorang dari Bani Salimah datang kepada Nabi saw dan berkata : "Sesungguhnya kedua orang tuaku sudah meninggal dunia, maka apakah masih ada jalan untuk berbuat baik kepada keduanya itu?" Beliau bersabda : "Ya, (yaitu) memohonkan ampun untuk keduanya, melaksanakan janji (wasiat) keduanya, menghormati teman-teman keduanya, dan mempererat tali persaudaraan yang tidak dilakukan melainkan, karma keduanya."

(Dari Kitab Tanbihul Ghafilin - Abu Laits As Samarqandy)
sumber:http://jatiqo.com/index.php?option=com_content&task=view&id=112&Itemid=42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar